Powered By Blogger

Selasa, 13 September 2011

Dasar - Dasar Teori Von Thunen


Dasar Dasar Teori Von Thunen

Johan Heinrich Von Thunen ialah seorang ahli ekonomi pertanian dari Jerman yang pada tahun 1826-1850 mengeluarkan teori yang tertuang dalam buku Der Isolirte Staat. Teori Von Thunen lebih di kenal sebagai teori lokasi pertanian. Von Thunen berpendapat bahwa pertanian merupakan komoditi yang cukup besar di perkotaan. Inti dari teori Von Thunen adalah bahwa sewa suatu lahan akan berbeda-beda nilainya tergantung tata guna lahannya. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota. Von Thunen menciptakan bagaimana cara berfikir efektif yang didasarkan atas penelitian dengan menambahkan unsur-unsur baru sehingga didapatkan hasil yang mendekati konkret. Von Thunen mengeluarkan 7 asumsi mengenai tanah pertanian. Teori ini dikeluarkan sebelum era industrialisasi.
1.        Terdapat suatu daerah yang merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian (Isolated Stated).
2.        Daerah perkotaan hanya menjual kelebihan produksi daerah pedalaman, tidak menerima penjualan hasil pertanian dari daerah lain (Single Market).
3.       Daerah pedalaman hanya menjual kelebihan produksinya ke perkotaan, tidak ke daerah lain (Single Destination).
4.        Daerah pedalaman atau kota mempunyai ciri yang sama (homogen) dengan kondisi geografis kota itu sendiri.
5.       Petani akan menanam tanaman yang dapat memberi manfaat dan profit maksimum. Jenis tanaman yang ditanam rata-rata mengikuti permintaan yang ada (Maximum Oriented).
6.       Pada waktu itu hanya ada angkutan berupa gerobak yang ditarik oleh kuda (One Moda Transportation).
7.       Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh. Semua biaya transportasi ditanggung oleh petani (Equidistant).
Dari ketujuh asumsi diatas memaksa petani untuk menyewa lahan dekat dengan pusat pasar atau kota. Dengan begitu akan diperoleh keuntungan yang maksimal dari hasil pertanian. Tetapi mereka juga harus rela mengeluarkan banyak uang, karena semakin dekat dekan pusat pasar harga sewa lahan akan semakin mahal. Petani sendiri memiliki kemampuan yang berbeda dalam menyewa lahan. Makin tinggi kemampuan petani untuk menyewa lahan maka ia akan mendapatkan lokasi yang semakin dekat dengan pusat pasar.Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan lokasi mempengaruhi nilai harga lokasi sesuai dengan tata guna lahannya.Hingga saat ini teori Von Thunen masih dianggap cukup relevan.
Teori Von Thunen yang masih relevan dengan kondisi sekarang contohnya adalah kelangkaan persediaan sumber daya lahan di daerah perkotaan memicu berlakunya hukum ekonomi supply and demand semakin langka barang di satu pihak semakin meningkat permintaan di pihak lain akibatnya harga melambung. Demikian yang terjadi terhadap lahan yang ada di daerah perkotaan, dimana nilai sewa atau beli lahan yang letaknya dipusat kegiatan, semakin dekat ke pusat semakin tinggi nilai sewa atau beli lahan tersebut. Kelangkaan lahan di kota-kota besar dikarenakan sebagian besar dimanfaatkan sebagai pertokoan , dan harganya cenderung sealu naik mengikuti perkembangan yang terjadi dari tahun ketahunnya.
Namun, dari segi lain teori Von Thunen ini juga tidak relevan dengan kondisi saat ini. Kemajuan transportasi dapat menghemat banyak waktu dan biaya, ada beberapa daerah yang tidak hanya memiliki 1 merket center saja tetapi juga 2 market center; Adanya berbagai bentuk pengawetan sehingga mencegah resiko busuk pada pengiriman jarak jauh; Kondisi topografis setiap daerah berbeda-beda, sehingga hasil pertanian yang akan dihasilkanpun akan berbeda; Negara industri mampu membentuk kelompok produksi sehingga tidak terpengaruh pada kota; Antara produksi dan konsumsi telah terbentuk usaha bersama menyangkut pemasarannya. Meskipun demikian, tetap terdapat hubungan yang kuat antara sistem transportasi dengan pola penggunaan tanah pertanian regional.
Inti dari teori Von Thunen adalah bahwa sewa lahan akan memiliki harga yang berbeda, tergantung dengan tata guna lahannya. Lahan yang berada di pusat kota akan memiliki harga sewa lahan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sewa lahan di daerah pedalaman atau pinggiran kota. Karena makin jauh jarak yang akan ditempuh, maka makin mahal biaya transportasi yang akan dikeluarkan. Selain itu petani juga dapat mengurangi resiko membusuknya hasil pertanian karena jarak yang ditempuh cukup jauh dari pusat kota.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar