Powered By Blogger

Minggu, 17 Juli 2011

BAB II
KAJIAN TEORI GEOLOGI LINGKUNGAN

2.1         Pengertian Geologi Lingkungan
  Kata geologi pertama kali digunakan oleh seorang ilmuwan kelahiran Swiss,  Andre de Luc (1778). Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya bumi dan Logos yang artinya ilmu. Jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi. Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet Bumi, termasuk komposisi, keterbentukan, dan sejarahnya. Geologi adalah bagian dari pengetahuan alam mempelajari bumi sebagai objek utama, baik itu di permukaan maupun bagian dalam. Sedangkan dalam istilah geografi, geologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari bumi secara keseluruhan, asal kejadian, struktur, komposisi, dan sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan) dan proses alamiah yang membuat perkembangannya hingga sekarang.
Geologi lingkungan yang merupakan geologi terapan (Applied Geologi) diharapkan mampu memberikan informasi-informasi tentang unsur fisik lingkungan yang berpengaruh dalam menentukan arahan tata guna lahan suatu wilayah terutama dalam mengoptimalkan penggunaan lahan agar sesuai dengan fungsinya dan meminimalisasi dampak negatif dari penggunaan lahan tersebut.
Pembahasan mengenai geologi lingkungan dalam bab ini meliputi aspek fisik geologi, yaitu topografi, litologi, klimatologi, morfologi, stratigrafi, hidrologi,  hidrogeologi, struktur geologi, bahaya geologi, serta skoring kawasan dan SWOT.
                                                                                
2.2         Hubungan Geologi Lingkungan dengan Perencanaan
Hubungan antara geologi lingkungan dengan Perencanaan Wilayah dan Kota meliputi :
1.       Tiap wilayah terdiri dari ekosistem dan sosial sistem.
2.       Wilayah dalam skala besar diasumsikan sebagai dunia dengan bumi sebagai ekosistem dan umat manusia sebagai sosial sistem.
3.       Wilayah dalam skala nasional yaitu negara sebagai wilayah dengan tanah air sebagai ekosistem dan bangsa sebagai sosial sistem.
4.       Wilayah dalam skala kecil diasumsikan sebagai rumah tangga dengan tempat tinggal sebagai ekosistem dan umat manusia sebagai sistem sosial (diktat perkuliahan geologi lingkungan, 2011).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara geologi lingkungan dengan perencanaan wilayah dan kota sangat erat, karena geologi lingkungan dapat memberikan informasi aspek fisik lingkungan dan arahan penggunaan lahan suatu wilayah agar sesuai dengan fungsinya dan tidak merusak keseimbangan alam. Sehingga terapan dari geologi lingkungan ini diharapkan dapat menyelesaikan konflik-konflik yang muncul sehingga tidak mengganggu sistem sosial yang telah ada sebagai aspek nonfisik dari perencanaan.

2.3         Aspek-Aspek Geologi Lingkungan
2.3.1  Topografi
Topografi didefinisikan sebagai bentuk–bentuk yang ada di permukaan bumi (relief bumi). Jika dilihat secara keseluruhan, maka akan didapati bentuk permukaan bumi yang tidak rata atau terdapat beberapa bentuk tertentu. Berbagai bentuk ini dapat digolongkan berdasarkan perbedaan ketinggian (tonjolan dan cekungan) ataupun berdasarkan karakteristik wilayahnya (daratan dan perairan). Topografi diklasifikasikan berdasarkan kelas lereng dan nilai skor berdasarkan SK MenTan No. 837 / KPTS / UM / 1980 dan No. 683 / KPTS /UM / 8 / 1981 diklasifikasikan sebagai berikut :
Tabel II.1
Kelas Lereng
No
Kelas
Lereng (%)
Deskripsi
1.
I
0 – 8
Datar
2.
II
8 – 15
Landai
3.
III
15 – 25
Agak curam
4.
IV
25 – 40
Curam
5.
V
> 40
Sangat curam
Sumber : SK MenTan No. 873 / KTPS/UM / 11 / 1980 dan No. 683 / KTPS / UM / 8 / 1981
Keterangan kawasan terhadap Kelerangan :
Ø  0 – 15       : termasuk kawasan layak bangun
Ø  15 – 45     : termasuk kawasan budaya
Ø  > 40           : termasuk kawasan konservasi dan serapan
Dilihat berdasarkan kemiringan permukaannya, bentuk topografi  dapat dibagi dalam 3 kelompok lain, yaitu :
1)     Daerah Bertopografi Rata
Wilayah yang bertopografi rata atau datar merupakan wilayah yang tidak banyak memiliki bentukan-bentukan permukaan bumi baik berupa cekungan maupun tonjolan. Daerah ini dapat memiliki bentukan permukaan bumi seperti bukit, lembah, tanah miring, sungai dan lain-lain, akan tetapi bentukan tersebut tidak terlalu menonjol sehingga dapat dikategorikan sebagi wilayah rata. Daerah bertopografi rata ini dapat dibedakan lagi menjadi  :
a)   Dataran rendah
Wilayah daratan dengan ketinggian antara 0-200 meter dpl (di atas permukaan laut). Dibedakan atas dataran rendah pantai (terdiri atas endapan alluvial yang subur dan dataran rawa) dan dataran rendah pedalaman (peneplain, yaitu dataran rendah yang terjadi akibat pengikisan bagian wilayah yang tinggi).
b)  Dataran tinggi
Wilayah daratan dengan ketinggian di atas 700 meter dpl (di atas permukaan laut). Dibedakan atas dataran tinggi di pegunungan menengah dan dataran tinggi di pegunungan tinggi.
2)     Daerah Bertopografi Kasar
Merupakan wilayah yang ditandai dengan adanya bentukan-bentukan muka bumi, baik berupa tonjolan seperti lembah, ngarai, jurang, dan danau. Terdapat wilayah dengan puncak-puncak yang tinggi dan bentukan yang tajam dan beberapa bagian yang lain terdapat lembah-lembah yang dalam dan tebing-tebing yang curam. Namun demikian, di wilayah yang bertopografi kasar dapat dijumpai pula daerah datar, terutama yang berupa dataran tinggi.




Tabel II.2
Klasifikasi Relief Bumi Menurut Zuidam.1983
No
Beda Elevasi (m)
Deskripsi
1.
< 25
Topografis rata – hampir rata
2.
< 50
Sangat bergelombang
3.
25 – 75
Sedikit bergelombang – sangat bergelombang
4.
50 – 150
Sangat bergelombang – berbukit
5.
100 – 200
Berbukit
6.
200 – 500
Berbukit – bergunung
7.
> 500
Pegunungan
                                               Sumber : Zuidam 1983

3)     Daerah Topografi Pantai
Wilayah dengan topografi pantai didefinisikan sebagai tempat pertemuan antara daratan dan lautan. Sedangkan pantai itu sendiri berdasarkan kemiringannya dibedakan menjadi pantai landai dan pantai curam.
2.3.2       Klimatologi
Klimatologi adalah ilmu yang mempelajari iklim, dan merupakan sebuah cabang dari ilmu atmosfer. Dikontraskan dengan meteorologi yang mempelajari cuaca jangka pendek yang berakhir sampai beberapa minggu, klimatologi mempelajari frekuensi dimana sistem cuaca terjadi. Hal inilah yang digunakan dalam geologi lingkungan, karena iklim mempengaruhi keadaan geografis suatu daerah, misalnya daerah tropis, subtropis, gurun dan lain-lain. Klimatologi mempelajari kejadian rata-rata selama beberapa tahun sampai millenia dan juga perubahan dalam pola cuaca jangka panjang, dalam hubungannya dengan kondisi atmosfer. Klimatologi memperhatikan perubahan iklim masa lalu dan masa depan. Hal ini yang digunakan sebagai pertimbangan seorang perencana dalam membangun suatu daerah untuk memperkirakan perubahan iklim yang akan mempengaruhi struktur geologi daerah tersebut suatu saat nanti.
Unsur - unsur cuaca dan iklim yaitu :
1)     Curah Hujan
Hujan adalah peristiwa jatuhnya titik air yang semula berupa uap air  udara ke permukaan bumi dalam bentuk cair atau padat. Alat pengukur hujan dinamakan penakar hujan. Jumlah curah hujan di Indonesia tidak merata dan paling banyak terjadi selama angin muson barat bertiup.
2)     Suhu Udara
Suhu udara diukur dengan termometer. Dari catatan suhu setiap hari dapat diketahui bahwa suhu harian tidak selalu sama. Suhu daerah rendah lebih tinggi dari pegunungan. Sumber panas udara adalah sinar matahari. Pemanasan udara oleh matahari terjadi dengan cara:
a) Pemanasan langsung, melalui proses absorbsi, refleksi dan difusi.
b) Pemanasan tak langsung, melalui proses konduksi dan  konveksi.
Menurut Schmidt dan Fergusson iklim dibagi menjadi delapan tipe dengan perhitungan Nilai Quatient (Q) dengan rumus :




Untuk perhitungan bulan kering dan basah menggunakan skala Mohr sebagai berikut :
Ø Bulan kering yaitu bulan yang curah hujannya < 60 mm.
Ø Bulan basah yaitu bulan yang curah hujannya > 100 mm.
Ø Bulan lembab yaitu bulan yang curah hujannya antara 60 – 100 mm.
Klasifikasi iklim berdasarkan nilai Q, ditunjukkan dalam tabel berikut

Tabel II.3
Data Pembagi Nilai Q menurut Schmidt - Fergusson
Tipe
Besar Nilai Q
Ciri – ciri
A
0 - ≤ 14,3
Sangat basah, vegetasi hutan hujan tropis
B
14,3 - ≤ 33,3
Basah, vegetasi hutan hujan tropis
C
33,3 - ≤ 60
Agak basah, vegetasi hutan rimba, vegatasi meranggas
D
60 - ≤ 100
Sedang, vegetasi hutan musim
E
100 - ≤ 167
Agak kering, vegetasi hutan belantara (sabana)
F
167 - ≤ 300
Kering, vegetasi sabana
G
300 - ≤ 700
Sangat kering, vegetasi padang ilalang
H
> 700
Ekstrim kering, vegetasi padang ilalang









Sumber : Data Klimatoogi BMG Kota Semarang,  2001

Berikut ini merupakan tabel Intensitas Hujan Harian Rata-rata :
Tabel II.4
Intensitas Hujan Harian Rata – Rata
No
Kelas
 Interval (mm/hr) %
Deskripsi
1.
I
0 – 13,6
Sangat rendah
2.
II
13,6 – 20,7
Rendah
3.
III
20,7 – 27,7
Sedang
4.
IV
27,7 – 34,8
Tinggi
5.
V
>34,8
Sangat tinggi
Sumber : SK Menteri Kehutanan No.837/ KPTS/UM/2 /1980 dan No.683/KPTS/UM/V2/1981

Bulan kering terjadi ketika bulan itu mempunyai hari hujan yang sedikit dan curah hujannya rendah sedangkan untuk bulan basah terjadi ketika bulan tersebut mempunyai hari hujan yang banyak.
3)     Kelembaban udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang ada dalam udara. Udara mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh (kandungannya hingga 100%). Kelembaban udara dibedakan menjadi:
a) Kelembaban Mutlak
     Yaitu bilangan yang menunjukkan berapa gram berat uap air yang tertampung dalam 1m³ udara.
b) Kelembaban relatif/nisbi
     Yaitu bilangan yang menjelaskan besarnya persentase perbandingan antara jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut.
4)      Tekanan udara
Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan udara karena beratnya pada tiap bidang 1 cm² yang mendatar dari permukaan bumi. Semakin tinggi suatu tempat maka tekanan udaranya akan semakin rendah. Besar tekanan udara dinyatakan dengan millibar (mb) , 1 mb = ¾ mm air raksa atau 1013 mb = 70 cmHg = 1 atm. Perbedaan tekanan udara terjadi karena perbedaan suhu udara, udara panas akan bertekanan minimum (depresi) sedangkan daerah yang bersuhu rendah akan bertekanan maksimum (kompresi). Tekanan udara dapat diukur dengan Barometer. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan air laut, semakin rendah tekanan udaranya. Hal ini dikarenakan oleh semakin berkurangnya udara yang menekan. Tekanan udara suatu tempat selalu berubah sepanjang hari.
5)        Awan
Merupakan kumpulan tetesan air di dalam udara yang diakibatkan oleh pengembunan uap air yang terdapat di dalam udara.
6)       Angin
Angin terjadi disebabkan perbedaan tekanan udara karena perbedaan suhu udara. Udara panas akan bertekanan minimum (depresi) sedang udara dingin akan bertekanan maksimum (kompresi). Perbedaan tekanan menimbulkan aliran udara. Aliran ini terjadi dari tempat yang memiliki tekanan udara lebih tinggi ke tempat yang tekanan udaranya lebih rendah.
2.3.3         Litologi
Secara umum litologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari dan menjelaskan batuan dan tanah yang ada di litosfer, yang merupakan bagian kerak bumi yang paling luar. Susunan litosfer tersebut terdiri dari:

Ø Dimulai dari lapisan kerak (sial) yang komposisi beratnya 75% berupa unsur oksigen dan silica. Dalam kerak bumi 95 % penyusunnya adalah mineral silikat yang berkombinasi dengan unsur-unsur lainnya (Aluminium-Al, Iron-Fe, Calcium-Ca, Sodium-Na, Potassium-K dan Magnesium-Mg ) .
Ø Bagian dalam lagi ada lapisan mantel (Asthenosfer) yang tersusun atas persenyawaan logam sulfida.
Ø Pada bagian inti  disebut Barisfer, tersusun atas senyawa besi dan nikel.

1)     Batuan
Batuan adalah kumpulan lebih dari satu jenis atau lebih mineral yang merupakan material dari kerak bumi. Mineral-mineral penting pembentuk batuan diantaranya adalah : kuarsa, felspar, mika, amfibol, piroksen, dan olivin. Secara garis besar klasifikasi batuan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan proses pembentukannya dan berdasarkan mineral-mineral yang terkandung didalamnya. Berdasarkan proses pembentukannya batuan dibagi menjadi tiga :

Tabel II.5
Jenis Karakteristik Batuan
No
Jenis Batuan
Karakteristik
Contoh
1.
Batuan Beku





a. Batuan Tubir


b. Batuan Kleran

c. Batuan Korok

Batuan yang terjadi karena magma pijar yang telah mendingin menjadi padat.
Batuan beku berdasarkan tempat pembekuannya :

Batuan beku yang terbentuk jauh di dalam kulit bumi dan terdiri atas kristal saja.
Batu beku luar yang membeku di luar kulit bumi.
Batuan beku gang yang terbentuk dalam korok-korok atau gang-gang yang dekat dengan permukaan bumi.
Granit, Andesit, Diorit,
 Riolit,
 Basalt, Dolerit
Gabro.
2.
Batuan Sedimen




a. Batuan Sedimen Klastik




b. Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan yang terjadi karena proses pengendapan (sedimentasi).
Berdasarkan genetiknya, dikelompokkan 2, yaitu :

Pembentukannnya berasal dari material lepas hasil pelapukan batuan yang ada di bumi, ditransport lewat media air, angin, atau es, yang kemudian diendapkan di suatu tempat.

Proses pembentukannya dari proses evaporasi, kimiawi, atau dari pengendapan organik.
Marmer
Kuarsit
3.
Batuan Metamorf








a. Slate (Batu Sabak)
b. Phyllite (Fillit)

c. Schisst (Sekis)

d. Gneiss (Genis)

Batuan yang terbentuk sebagai akibat dari proses metamorfosa pada batuan karena perubahan temperatur, tekanan, atau temperatur dan tekanan secara bersamaan.
Tingkatan batuan metamorf berdasarkan derajat metamorfosa :


Metamorfosa derajat rendah (metamorfosa thermal)
Metamorfosa derajat menengah (metamorfosa dynamo)
Metamorfosa derajat tinggi (metamorfosa dynamo-thermal)
Metamorfosa derajat sangat tinggi (metamorfosa dynamo-thermal)
Gneis
Sabak
Marmer
Skist
 Sumber : Djauhari Noor, 1995  (hlm. 79-82) dan www.e-dukasi.net

a)  Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk karena magma pijar yang telah mendingin menjadi padat. Contoh dari batuan beku diantaranya : Andesit, Diorit, Riolit, Basalt, Dolerit dan Gabro. Berdasarkan tempat pembekuannya, batuan beku dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1.       Batuan tubir (batu beku dalam) yang terbentuk jauh didalam kulit bumi dan terdiri atas kristal saja
2.       Batuan kleran (batu beku luar) yang membeku diluar kulit bumi
3.       Batuan korok (batu beku gang) yang terbentuk dalam korok–korok atau gang–gang yang dekat dengan permukaan bumi.
Berdasarkan genetiknya (proses pembekuan dari magma), batuan beku dapat dibagi manjadi :
1.       Batuan beku intrusif (dominan nonfragmental)
Jenis batuan ini mempunyai struktur padat dan kristalnya berukuran kecil karena membeku sebelum magma mengalami proses aksplosif, sehingga belum bercampur dengan material-material lain.


2.       Batuan beku ekstrusif (dominan fragmental)
Jenis batuan ini masih dalam bentuk cair, ukuran kristalnya relatif lebih besar karena jenis batuan ini membeku saat atau setelah proses eksplosif (magma sudah keluar ke permukaan bumi) sehingga dalam proses pembekuannya bercampur dengan udara dan material-material lain.
b)    Batuan Sedimen
Batuan sedimen disebut juga batu endapan. Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari fragmen batuan atau partikel material yang ditransportasi oleh gaya berat atau gravitasi air atau es atau hasil presipitasi larutan kimia atau sekresi organisma. Batuan ini sering memperlihatkan stratifikasi atau struktur yang menunjukkan indikasi dari cara pengendapannya. Sedimen merupakan hasil dari pelapukan dan erosi dari batuan yang sudah ada lebih dulu atau dari kemikal, presipitasi biokemikal. Dilihat dari perantara atau mediumnya, batuan sedimen dapat dibagi menjadi tiga golongan seperti dalam tabel berikut.
Tabel II.6
Batuan Sedimen Berdasarkan Mediumnya
No
Jenis Batuan Sedimen
Media pengangkut
Contoh
1
Batuan sedimen aris
angin
Tanah los, tanah tuff, tanah pasir digurun
2
Batuan sedimen glasial
es
Batuan yang ada di antartika
3
Batuan sedimen aquatis
air
Breksi, batupasir, konglomerat
 Sumber : Nugroho dalam Feri dkk 2007                            

Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dapat dikelompokkan atas 3 macam, yaitu :
1.       Batuan sedimen klastik
Batuan asal mengalami penghancuran secara mekanis dari ukuran besar menjadi ukuran kecil
2.       Batuan sedimen kimiawi
Batuan hasil pengendapan secara proses kimia, batuan sedimen kimiawi dapat dibentuk secara langsung dan tidak langsung yaitu:
a.         Secara langsung, contoh: menguapnya air laut dari larutan NaCl membentuk garam. Menguapnya air laut dari larutan garam kalsium membentuk gips.
b.         Secara tidak langsung, contoh: organisme batukarang (koral) mengambil kalsium karbonat dari air laut untuk mebangun bahan rangka (skeletal). Ketika batu karang mati, rangka mengumpul membentuk biokimia (limestone).
3.       Batuan sedimen organik
Batuan sedimen yang pada proses pengendapannya dibantu oleh organisme.
c)     Batuan Metamorfik
Batuan metamorfik adalah batuan yang telah mengalami perubahan mineralogis dan struktur dalam akibat proses metamorfisme yang meliputi proses tekanan, temperatur, aktivitas kemikal dari cairan silikat alamiah maupun gas.

Tabel II.7
Proses Metamorfisma
No.
Proses
Faktor
Contoh
1
Metamorfisma termal/kontak
Temperatur
Intruksi magma dan ekstruksi magma
2
Metamorfisma dislokasi
Tekanan
Zona sesar
3
Metamorfisma
Regional

Tekanan dan Temperatur
Proses orogenesa
Sumber : Nugroho dalam Feri dkk, 2007                            
Tempat terjadinya proses metamorfisma adalah dikerak bumi dibawah zona pelapukan dan sedimentasi batuan. Dimana kedalamannya berkisar antara 30.000-40.000 kaki, dengan tekanan 13.000 bars serta suhu antara 2000C-3000C.
Berdasarkan sifat-sifat batuan dan klasifikasi dalam rekayasa, batuan dibagi dua :
1.       Batuan utuh (Intact rock), tidak ada indikasi diskontinuitas, misalnya kekar.
2.       Massa batuan (Rock mass), indikasi gejala diskontinuitas.
Sedangkan berdasarkan sifat alami dari mineral yang menyusunnya, batuan dibagi menjadi empat kategori yang berbeda, yaitu:
Ø Monomineralic rocks
Adalah batuan yang berasal dari satu macam mineral, yang menumpuk dalam skala yang cukup besar sehingga menjadi bagian yang penting dalam menyusun struktur bumi.            
Ø Natural Glass
Adalah batuan yang hampir mendekati homogeneous tapi batuan ini tidak mempunyai komposisi yang menunjukkan  formula kimia, karena jenis-jenis dari berbagai tempat menunjukkan massa yang sama.
Ø Organic matter
Adalah batuan yang merupakan hasil dari tumbuhan atau hewan.
Ø An aggregate of two or more  materials
Adalah batuan yang berasal dari kumpulan dua macam atau lebih mineral yang berbeda. Sebagian besar batuan yang ada termasuk golongan ini.
2)   Tanah                                     
Tanah merupakan material hasil pelapukan dari batuan dibagian permukaan bumi, mempunyai sifat-sifat tertentu sesuai dengan batuan induknya, terdiri dari material lempung sampai dengan berangkal. Pengertian lain tentang tentang tanah yaitu merupakan kumpulan dari butiran–butiran mineral yang dengan mudah dapat dipisahkan, misal agitasi dengan air.


Faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah adalah:
1.    Iklim                                                             2.  Topografi
3.    Batuan induk                                            4.  Waktu
5.    Aktivitas organic

Klasifikasi tanah berdasarkan ganesa dikelompokkan:
1.    Tanah Residu (Residual Soils)
Terjadi dan terbentuk sebagai hasil pelapukan kimia (dekomposisi batuan induk).
2.    Tanah terangkut (Transported Soil )
      Tanah residu yang mengalami perpindahan ke tempat lain karena pengaruh gravitasi atau perantara alamiah seperti air, angin, dan es.

Tabel II.8
Jenis Tanah Pembentuk Litosfer
Jenis Tanah

Tekstur

Topografi
Batuan Induk Penyusun
Sifat
Alluvial
Liat dengan tingkat permeabilitas rendah

Datar dan sedikit bergelombang
Endapan alluvial dan koluvial dari berbagai asal
Menyuburkan tanaman
Mediteran
Lempung liat dengan tingkat permeabilitas sedang

Berombak dan berbukit
Batu kapur, batuan endapan, dan tuff vulkanik
Gembur dan teguh
Hidromorf Kelabu
Liat sampai berlempung dengan tingkat permeabilitas lambat

Datar hingga bergelombang
Tuff vulkanik masam dan abu vulkanik
Teguh dan keras
Sumber : Laporan Tugas Geoling Kel. 11  S1 Reguler, 2011


Tabel II.9
Jenis-jenis Tanah
No
Jenis Tanah
Keterangan
1
Alluvial Hidromorf
Bahan induknya berupa endapan liat (tanah hasil angkutan air)

2
Grumosol Kelabu Tua
Induknya berupa abu/pasi dan tufa vulkan intermedier

3
Asosiasi alluvial kelabu dan
cokelat kekelabuan
Berasal dari batuan induk volkan intermedier yang cocok untuk kawasan pertanian. Tanah alluvium sifatnya tidak peka terhadap erosi sehingga memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan terbangun karena memiliki daya dukung beban yang cukup unik

4
Mediteran Cokelat tua
Bahan induknya berupa tuff volkan intermedier. Jenis tanah ini merupakan endapan sungai, mengandung material organic berupa sisa tumbuhan. Karena mengandung material organic yang bersifat menyuburkan tanah sehingga sesuai dimanfaatkan untuk pertanian.

5
Kompleks gerosol kelabu dan kekelabuan
Bahan induknya berupa batu kapur dan nepal

6
Latosol cokelat tua kemerahan
Berupa tanah residu hasil dari pelapukan breksi tufaan dan pasi tufaan yang mengandung tufa vulka intermedier.

7
Latosol cokelat


Merupakan tanah residu hasil pelapukan dari breksi tufaan dan batu pasir tufaan. Berpotensi untuk terjadi gerakan tanah berupa runtuhan batu.

8
Latosol cokelat tua
Endapan sangat tebal antara1-3m, berwarna cokelat muda, bersifat lepas hingga sangat lepas, berbutir halus hingga kasar dan berbentuk menyudut hingga memutar.

Sumber : Laporan Tugas Geoling Kel. 11 S1 Reguler, 2011


Menurut cara USCS (United Soil Classificatin System) oleh Prof. Arthur Cassagrande tanah dibedakan menjadi tiga kelompok.

Tabel II.10
Kelompok Tanah Menurut Cara USCS
No
Jenis Tanah
Keterangan
1
Tanah berbutir kasar
Tanah ini mempunyai presentase lolos saringan no.200<50%. Tanah ini dibagi menjadi dua yaitu:
a.        Kerikil dan tanah kerikilan, mempunyai prosentase lolos saringan no.4 < 50%
b.       Pasir tanah kepasiran, mempunyai prosentase lolos saringan no.4 <50%
c.         
2
Tanah berbutir halus
Tanah ini mempunyai prosentase no.200>50%. Tanah ini dibagi atas lanau dan lempung yang didasarkan pada batas cair dan indeks plastisitasnya.
3
Tanah organic
Tanah ini sangat mudah ditekan dan tidak cocok untuk bahan bangunan. Tanah khusus kelompok ini adalah “peat”, humus, dan tanah lumpur dengan tekstur organis yang tinggi. Komponen tanah ini adalah partikel daun, rumput, dan bahan-bahan regas lainnya.
Sumber : Laporan Tugas Geoling Kel. 11 S1 Reguler, 2011



2.3.4       Morfologi
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk karakteristik permukaan bumi dan proses-proses yang terjadi didalamnya yang berhubungan dengan landform (bentuk lahan). Landform sendiri merupakan bagian dari permukaan bumi yang mempunyai karakteristik bentuk yang khas, sebagai akibat pengaruh yang kuat dari bekerjanya proses-proses geomorfik dan struktur kerak bumi terhadap material batuan dalam periode tertentu.
Dapat dilihat bentuk daratan dari bumi secara umum tidak rata. Hal ini disebabkan oleh tenaga yang berasal dari dalam bumi (endogen) dan tenaga yang berasal dari luar bumi (eksogen).

1.   Tenaga Endogen
Tenaga yang berasa ini biasanya memberikan bentuk pada permukaan bumi dan bersifat konstruktif. Adapun sumber-sumber dari tenaga endogen ini sebagai berikut:
1) Vulkanik
Vulkanisme adalah tenaga endogen yang mempengaruhi pembentukan permukaan bumi yang berhubungan dengan peristiwa pembentukan gunung berapi. Vulkanisme sangat berpotensi untuk menghasilkan tenaga endogen yang cukup besar. Karena tenaga endogen yang bersumber pada vulkanisme ini berasal dari aktivitas magma yang ada didalam perut bumi.
  Sumber : www.lablink.or.id

Gambar 2.1
Hasil Aktivitas vulkanik

2) Tektonik
Tektonisme merupakan tenaga endogen yang dapat menyebabkan perubahan letak atau pergeseran lapisan kulit bumi. Perubahan letak itu dapat terjadi secara horizontal maupun vertikal yang pada umumnya akan  menimbulkan patahan dan lipatan.

a.   Patahan ( Fault)
Retakan pada tanah ataupun batuan, disertai pergeseran di sepanjang bidang retakan tersebut. Patahan secara umum dibagi menjadi 5, yaitu :
1.   Sesar normal
Hanging wall relatif turun terhadap foot wall, bidang sesarnya mempunyai kemiringan yang besar. Sesar ini biasanya disebut juga sesar turun.











Sumber : http://nationalinks.blogspot.com/2011/04/macam-macamsesar.html
Gambar 2.2
Sesar Normal

2.    Sesar mendatar
Pergerakan dari sesar ini horizontal. Sesar mendatar ditentukan dengan menghadap bidang sesar, bila bidang didepan bergerak kekiri seperti diagram disebut mendatar sinistal, dan sebaliknya sesar mendatar dekstral.













Sumber : http://nationalinks.blogspot.com/2011/04/macam-macam sesar.html

Gambar 2.3
Sesar Mendatar
3.    Sesar oblique
Pergerakan dari sesar ini gabungan antara horizontal dan vertikal. Gaya-gaya yang bekerja menyebabkan sesar mendatar dan sesar normal.














Gambar 2.4
Sesar Oblique

4.    Sesar translasi
Sesar ini mengalami pergeseran sepanjang garis lurus. Biasanya Hanging wall relatif naik terhadap foot wall, dengan kemiringan bidang sesar besar. Sesar ini biasanya disebut juga sesar naik. Umumnya sesar normal dan sesar naik pergerakannya hanya vertikal, jadi sering disebut sebagai sesar dip-slip.






Sumber : http://nationalinks.blogspot.com/2011/04/macam-macam-sesar.html
Gambar 2.5
Sesar Translasi
5.       Sesar gunting
Pergerakan dari sesar ini juga sama dengan sesar oblique yaitu horizontal dan vertikal. Sesar yang pergeserannya berhenti pada titik tertentu sepanjang jurus sesar. Gaya yang bekerja sama dengan sesar normal.













Sumber : http://nationalinks.blogspot.com/2011/04/macam-macam-sesar.html

Gambar 2.6
Sesar Gunting

b.   Lipatan (fold)
Gerakan tekanan horizontal yang menyebabkan lapisan kulit bumi yang elastis berkerut, melipat dan menyebabkan relief muka bumi berbentuk pegunungan. Jenis lipatan dapat berbentuk tegak, condong, rebah, dan lain sebagainya. Punggung lipatan disebut antiklin, sedangkan lembahnya disebut sinklin
2.  Tenaga Eksogen
Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi yang berpengaruh terhadap relief permukaan bumi. Tenaga ini berupa sinar matahari, pemanasan, pendinginan, hujan, air, angin, gelombang laut, dan makhluk hidup. Pada kenyataannya di alam, proses tenaga eksogen tersebut meliputi pelapukan (weathering), erosi (pengikisan) dan sedimentasi.
2.3.5       Stratigrafi       
Stratigrafi berasal dari kata strata (stratum) yang berarti lapisan (tersebar) yang berhubungan dengan batuan, dan grafi (graphic) yang berarti pemerian/ gambaran atau urut-urutan lapisan. Komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). Jadi stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari pemerian perlapisan batuan pada kulit bumi. Secara luas stratigrafi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang membahas tentang urut-urutan, hubungan dan kejadian batuan di alam (sejarahnya) dalam ruang dan waktu geologi.
Didalam penyelidikan stratigrafi ada dua unsur penting pembentuk stratigrafi yang perlu di ketahui, yaitu:
1.    Unsur batuan
Suatu hal yang penting didalam unsur batuan adalah pengenalan dan pemerian litologi. Seperti diketahui bahwa volume bumi diisi oleh batuan sedimen 5% dan batuan non-sedimen 95%. Tetapi dalam penyebaran batuan, batuan sedimen mencapai 75% dan batuan non-sedimen 25%. Unsur batuan terpenting pembentuk stratigrafi yaitu sedimen dimana sifat batuan sedimen yang berlapis-lapis memberi arti kronologis dari lapisan yang ada tentang urut-urutan perlapisan ditinjau dari kejadian dan waktu pengendapannya maupun umur setiaplapisan. Dengan adanya ciri batuan yang menyusun lapisan batuan sedimen, maka dapat dipermudah pemeriannya, pengaturannya, hubungan lapisan batuan yang satu dengan yang lainnya, yang dibatasi oleh penyebaran ciri satuan stratigrafi yang saling berhimpit, bahkan dapat berpotongan dengan yang lainnya.
2.    Unsur perlapisan
Unsur perlapisan merupakan sifat utama dari batuan sedimen yang memperlihatkan bidang-bidang sejajar yang diakibatkan oleh proses-proses sedimetasi. Mengingat bahwa perlapisan batuan sedimen dibentuk oleh suatu proses pengendapan pada suatu lingkungan pengendapan tertentu, maka Weimer berpendapat bahwa prinsip penyebaran batuan sedimen tergantung pada proses pertumbuhaan lateral yang didasarkan pada kenyataan, yaitu bahwa, akumulasi batuan pada umumnya searah dengan aliran media transport, sehingga kemiringan endapan mengakibatkan terjadinya perlapisan selang tindih (overlap) yang dibentuk karena tidak seragamnya massa yang diendapkannya. Endapan di atas suatu sedimen pada umumnya cenderung membentuk sudut terhadap lapisan sedimentasi di bawahnya.
2.3.6          Hidrologi
Hidrologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari air mulai saat jatuh di daratan sampai masuk ke lautan dan kembali ke atmosfer. Hidrologi melibatkan air permukaan dan air bawah permukaan. Siklus hidrologi ini digunakan untuk memahami sifat-sifat air di daratan.

Berikut ini adalah daur hidrologi yang terjadi :








Sumber:www.malang.ac.id
Gambar 2.7
Siklus hidrologi

Aliran air daratan dari air sungai mengalir menuju ke laut/samudra. Air tersebut akan mengalami evaporasi dan evapotranspirasi di atmosfer. Setelah mengalami evaporasi yaitu proses konversi air ke dalam uap air, air akan jatuh ke tanah melalalui air hujan. Air hujan itulah yang nantinya akan menjadi air permukaan dan air tanah. Siklus hidrologi ini akan terus berulang.
 Siklus hidrologi terdiri dari enam sub sistem, yaitu:
1.     Air di atmosfer
2.     Aliran permukaan
3.    Aliran bawah permukaan
4.    Aliran air tanah
5.    Aliran sungai / Saluran terbuka
6.    Air di lautan dan air genangan.
Air yang membentuk aliran sungai dapat mencapai saluran pengaliran melalui beberapa cara, dimulai dari titik dimana air jatuh ke bumi sebagai hujan. Sebagian air tersebut mengalir di atas permukaan tanah dan mencapai sungai tak lama setelah kejadiannya sebagai hujan. Sebagian lainnya meresap melalui permukaan tanah dan mengalir di bawah permukaan tanah menuju sungai. Air ini bergerak lebih lambat daripada limpasan permukaan dan menyumbangkan aliran airnya ke aliran sungai yang tetap ada di musim kering. Jadi dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup hidrologi meliputi air permukaan dan Hidrogeologi (air tanah).
2.3.7      Hidrogeologi
Definisi air tanah ialah sejumlah air di bawah permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan atau sistem drainase (aliran) yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan (Bouwer,1978). Air tanah mengalir dari daerah yang lebih tinggi menuju ke daerah yang lebih rendah dan berakhir di laut. Daerah yang lebih tinggi merupakan daerah tangkapan (rechange area) dan daerah yang lebih rendah merupakan daerah buangan (dischange area), biasanya daerah ini sering digambarkan dengan daerah pantai atau lembah dengan suatu system aliran sungai. Secara lebih spesifik daerah tangkapan didefinisikan sebagai bagian dari suatu daerah aliran (watershed) dimana aliran air tanah menjauhi muka air tanah. Sedangkan daerah buangan didefinisikan sebagai bagian dari suatu daerah aliran (watershed) dimana aliran air tanah menuju muka air tanah.  
Ada 4 macam dalam proses daur Hidrologi yaitu :
1.  Presipitasi
Presipitasi yang terdapat di muka bumi bisa berupa: hujan, embun, kondensasi, salju dan es
2.  Evaporasi (penguapan)
Evaporasi merupakan konversi ke dalam uap air. Faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya evaporasi adalah:
Ø Radiasi matahari
Ø Angin
Ø Kelembaban relatif
Ø Suhu
3.  Infiltrasi
Infiltrasi adalah perpindahan dari atas ke permukaan tanah. Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap:
a.         Proses limpahan (run off)
Daya infiltrasi menentukan banyaknya air hujan yang diserap ke dalam tanah. Makin besar daya infiltrasi, perbedaan antara intensitas hujan dengan daya infiltrasi menjadi semakin kecil. Akibatnya limpahan permukaannya semakin kecil dan mengakibatkan debit puncaknya juga akan lebih kecil.
b.         Pengisian lengas tanah (Soil Moisture) dan air tanah
Lengas tanah adalah selisih antara infiltrasi dan perlokasi (jika ada).
Pada permukaan air tanah dangkal dan lapisan tanah berbutir tidak begitu besar, pengisian kembali lengas tanah ini diperoleh dari kapiler tanah.
c.         Limpasan permukaan (Surface run off) dan limpasan air tanah (Sub surface run off)
Air tanah yaitu sejumlah air di permukaan bumi yang dapat dikumpulkan dengan sumur-sumur, terowongan, atau sistem drainase aliran yang secara alami mengalir ke permukaan tanah melalui pancaran atau rembesan.

Tabel II.11
Sifat Batuan yang Mempengaruhi Air Tanah
Sifat Batuan
Keterangan
Akuifier
Formasi batuan yang susunannya dapat menyimpan dan mengalirkan air tanah pada kondisi lingkungan.

Akuilard
Formasi batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa sehingga mempunyai lapisan semipermiabel dengan nilai konduktivitas hidrolik
 yang kecil.

Akuiklud
Lapisan impermeabel dengan nilai konduktivitas hidrolik yang sangat kecil sehingga tidak memungkinkan air tanah melewatinya.

Akuifug
Pada umumnya solid, pejal, dan tidak dapat dilewati air tanah.







2.3.8      Bahaya Geologi
Proses-proses geologi baik yang bersifat endogenik maupun eksogenik dapat menimbulkan bahaya bahkan bencana bagi kehidupan manusia. Bahaya geologi merupakan aktivitas geologi yang dapat menimbulkan perubahan-perubahan keadaan geologi dari keadaan geologi semula. Gerakan tanah, banjir, dan erosi adalah contoh-contoh dari bahaya geologi yang dapat berdampak pada aktivitas manusia di berbagai wilayah di muka bumi.
1.   Gerakan Tanah
Gerakan tanah adalah proses perpindahan massa tanah dan batuan pada arah mendatar, tegak, atau miring dari kedudukan semula akibat pengaruh gaya berat, tanpa bantuan langsung dari media air, udara, dan gas. Faktor internal yang menjadi penyebab terjadinya longsoran tanah adalah daya ikat (kohesi) tanah atau batuan yang lemah sehingga butiran-butiran tanah atau batuan dapat terlepas dari ikatannya dan bergerak ke bawah dengan menyeret butiran lainnya yang ada di sekitarnya membentuk massa yang lebih besar. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempercepat dan menjadi pemicu longsoran tanah dapat terdiri dari berbagai faktor yang kompleks seperti kemiringan lereng, perubahan kelembaban tanah/batuan karena masuknya air hujan, tutupan lahan serta pola pengolahan lahan, pengikisan oleh air yang mengalir (air permukaan), ulah manusia seperti penggalian dan lain sebagainya.
Beberapa macam gerakan tanah, antara lain:
Ø  Runtuhan, disebabkan karena keruntuhan tanah yang diikuti dengan gerakan jatuh bebas akibat dari gaya gravitasi bumi.
Ø  Jungkiran, merupakan tipe gerakan memutar ke depan dari satu atau beberapa blok tanah atau batuan terhadap titik pusat putaran di bawah masa batuan akibat dari gaya gravitasi.
Ø  Longsoran, merupakan perpindahan massa tanah atau batuan sepanjang bidang longsoran dari massa tanah atau bidang batuan yang mantap.
Ø  Penyebaran lateral, merupakan gerakan menyebar ke arah lateral yang disebabkan oleh retak geser dan retak tarik yang dapat terjadi pada material batuan dan batuan.
Ø  Penurunan tanah (land subsidance), merupakan bentuk gerakan vertikal ke bawah yang diakibatkan oleh beberapa faktor seperti pemadatan lapisan tanah dan pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga lapisan tanah yang atas turun untuk menutupi rongga yang kosong.
2. Banjir
Banjir adalah proses eksogen yang merupakan luapan air yang dapat menggenangi suatu wilayah permukaan bumi. Banjir dapat menimbulkan kerusakan dalam berbagai bidang, seperti kesehatan (penyakit kulit, diare, dll) serta kerusakan jalan atau bangunan.
3.   Erosi
Erosi adalah proses pengikisan permukaan tanah yang dilakukan oleh air hujan. Berdasarkan bentuknya, erosi dapat dibedakan menjadi:
Ø Erosi percik
Merupakan tahap awal akibat dari hujan yang disebabkan oleh tenaga kinetis jatuhnya butir hujan ke permukaan tanah. Erosi percik dapat dikurangi dengan reboisasi agar butiran hujan tidak langsung jatuh ke tanah.
Ø  Erosi lembah
Penyebab utama dari erosi lembah adalah kekuatan jatuh butiran hujan dan aliran permukaan. Pada erosi lembah pengikisan lapisan tanah tebalnya merata dari suatu permukan bidang tanah, sedangkan kecepatan butiran hujan antara 6-10 meter per sekon terutama terjadi pada daerah terbuka.
Ø  Erosi alur
Adalah erosi yang terjadi pada tanah yang tidak rata dan umumnya terjadi di daerah yang ditanami atau lereng. Erosi alur diakibatkan terkonsentrasinya air hujan yang mengalir ke tempat yang lebih rendah dengan membawa material tanah. Erosi ini menghasilkan alur atau guratan-guratan pada lereng.
Ø  Erosi parit
Proses terjadinya erosi ini sama dengan proses terjadinya proses erosi alur. Perbedaannya terletak pada saluran yang terbentu. Pada erosi parit, saluran yang terbentuk sudah lebih dalam.
Ø      Erosi tebing sungai
Jenis erosi ini terjadi pada tebing sungai akibat dari pengikisan lateral. Studi tentang erosi sangat penting dalam menentukan suatu lahan layak atau tidak dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.

2.4      Analisis SWOT   
Analisa SWOT berguna untuk menganalisa faktor-faktor geologi lingkungan pada studi wilayah kecamatan tugu untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, potensi dan ancaman yang akan terjadi pada wilayah studi kecamatan tugu yaitu pada kelurahan Boja, Campurejo dan Tampingan. Sedangkan SWOT sendiri merupakan singkatan dari SWOT adalah singkatan dari bahasa Inggris yaitu STRENGTHS (Kekuatan), WEAKNESSES  (Kelemahan), OPPORTUNITIES (Peluang) dan THREATS (Ancaman). Adapun pengertian dari SWOT adalah:
1.     Strength (kekuatan)
Adalah kelebihan dan keuntungan yang dimiliki oleh wilayah studi.
2.         Weakness (kelemahan)
Adalah kekurangan yang terdapat pada wilayah studi.
3.         Opportunity (peluang)
Adalah potensi dari kesempatan yang mungkin untuk dilakukan dengan memperhatikan kelemahan dan kekurangan yang telah diketahui sebelumnya.
4.         Threat (ancaman)
Adalah  kendala atau ancaman yang akan muncul dari suatu wilayah studi jika tidak memperhatikan factor-faktor yang telah ada.
SWOT dapat menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Beberapa kemungkinan strategi yang dapat dihasilkan seperti terlihat dalam tabel berikut :
Tabel II.12
Matrik SWOT

IFAS


EFAS
STRENGTHS
(S)
Tentukan
kekuatan  internal
WEAKNESS
(W)
Tentukan
faktor-faktor kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O)
Tentukan faktor peluang eksternal
STRATEGI SO
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
THREATHS
(T)
Tentukan faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST
Menciptakan strategi yang menggunakan  kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
 Sumber: Rangkuti,2001

2.5      Overlay Peta
Overlay Peta merupakan kegiatan mengintegrasi beberapa informasi yang berhubungan dengan analisis permasalahan melalui penggabungan beberapa peta, dilakukan dengan mengintegrasikan dua peta. Overlay dilakukan dengan cara menumpuk peta dengan skala sama, yang berisi informasi yang berbeda. Misalnya peta bahaya geologi digabungkan dengan peta topografi, agar kita dapat mengetahui daerah tersebut cocok digunakan sebagai kawasan apa.  Sehingga lahan yang memang layak di jadikan sebuah kawasan pemukiman, kawasan industri, kawasan pertanian,dab kawasan lainnya.
Overlay biasanya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual dan cara non-manual.
Ø  Cara Manual
Manual dapat dilakukan dengan membuat peta yang ingin diintegrasikan, digabungkan di atas kertas kalkir, dan kemudian ditimpa.
Ø  Non-manual
Dapat dilakukan dengan menggunakan software atau bantuan komputer.

2.6      Analisis Skoring
Skoring merupakan pembobotan terhadap karakteristik kategori yang ada pada tiap variabel. Sistem skoring digunakan untuk mengevaluasi pemanfaatan lahan dengan nilai-nilai yang telah ditetapkan. Nilai skoring yang ada digunakan sebagai pegangan bila terdapat suatu pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kondisi fisik tanah dan kelerengan suatu tanah sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi penduduk.
Analisis skoring dinilai dari tiga aspek geologi lingkungan yaitu topografi (kelas kelerengan), klimatologi (intensitas hujan harian), litologi (jenis tanah).
       





Faktor-faktor yang menjadi dasar penentuan skor adalah:
Ø  Kelas tanah menurut kepekaan erosi

Tabel II.13
KELAS TANAH MENURUT KEPEKAAN EROSI
No
Jenis Tanah
Deskripsi
Skor
1
Alluvial, Tanah Glay, Planosol,
Hidromorf Kelabu, Laterif Air tanah

Tidak Peka

15
2
Latosol
Kurang Peka

30
3
Brown forest,
Non Caltic Brown, Mediterania

Peka

45
4
Andesol, Leteric, Grumosol, Podsol, Podsoltic
Peka

60
5
Regosol, Litosol, Organosol, Renzina
Sangat Peka

75
                  Sumber: SK Menteri Kehutanan No. 837/UM/2/1980 dan No.683/KPTS/UM/V2I/19

Ø  Kelas kelerengan
Tabel II.14
KELAS KELERENGAN DAN NILAI SKOR
No
Lereng (%)
Deskripsi
Skor
1
0-8
Datar
20
2
8-15
Landai
40
3
15-25
Agak curam
60
4
25-45
Curam
80
5
> 45
Sangat curam
100
        Sumber:SK Menteri Kehutanan No. 837/UM/2/1980 dan No.683/KPTS/UM/V2I/1981

Ø  Kelas intensitas hujan harian rata-rata dan skor
Tabel II.15
KELAS INTENSITAS HUJAN TAHUNAN RATA-RATA DAN SKOR
No
Interval (mm/tahun)
Deskripsi
Skor
1
1.500-2.000
Rendah
10
2
2.000-2.500
Sedang
20
3
2.500-3.000
Tinggi
30
4
>3.000
Sangat tinggi
40
            Sumber: SK Menteri Kehutanan No. 837/UM/2/1980 dan No.683/KPTS/UM/V2I/1981

Ketiga faktor tersebut dapat digunakan untuk menentukan fungsi suatu kawasan dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel II.16
KRITERIA DAN TATA CARA PENERAPAN KAWASAN LINDUNG DAN BUDIDAYA

No
Fungsi Kawasan
Total Nilai Skor
1
Kawasan Lindung
>175
2
Kawasan Penyangga
125-175
3
Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan
<125
4
Kawasan Budidaya Tanaman Musiman
<125
5
Kawasan Permukiman
<125
 Sumber: SK Menteri Kehutanan No. 837/UM/2/1980 dan No.683/KPTS/UM/V2I/1981
Keterangan :
Ø  Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
Ø  Kawasan Penyangga adalah kawasan yang baik untuk pertanian, dengan memperhatikan faktor-faktor bentuk lahan, batuan, tanah lereng, erosi, penutupan lahan dan upaya konservasi.
Ø  Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk membudidayakan tanaman tahunan.
Ø  Kawasan Budidaya Tanaman Musiman adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk membudidayakan tanaman semusim.
Ø   Kawasan Pemukiman adalah kawasan yang dipergunakan untuk area tempat tinggal.